artikel

Selasa, 26 April 2011

PLURALITAS MAZHAB DALAM TUBUH AGAMA


Kedatangan Islam sebagai agama kemukabumi ini melalui seorang pembawa risalah yang termulia Nabi Muhammad, bukanlah sebagai agama yang hadir untuk memecah belah masyarakat menjadi lapisan-lapisan yang lebih kompleks dan rumit. Hadirnya Islam untuk membuat kehidupan social yang lebih baik dan selaras, sehingga keteraturan dan juga keadilan benar-benar menjadi penopang hidup dalam social manusia.
Islam, agama yang tidak hanya mengatur hubungan transedental, akan tetapi juga mengatur hubungan sesama mahkluk baik itu manusia ataupun dengan makhluk yang lain seperti hewan dan tumbuhan (lingkungan). Akan tetapi hal ini sudah tak diperhatikan lagi oleh umat Muslim bahkan para Ulama yang merupakan pemimpin yang seharusnya menggiring umat pada jalan yang lurus menuju Ilahi. Menjalankan segala peribadatan dalam mazhab-mazhab ini pada dasarnya merupakan kesatuan dari penghambaan secara totalitas kepada Allah.
Perbedaan yang ada dalam agama Islam dijadikan alasan untuk saling menjatuhkan. Seperti halnya, perbedaan Sunni-Syiah yang tak pernah berujung titik temunya. Dari satu podium ke podium lainnya, telah dilakukan perdebatan untuk mengeksiskan pemahaman yang mengusung tema kebenaran. Dengan konflik yang terjadi dalam tubuh agama seperti ini bagaikan cela yang menganga luas untuk para penghancur agama Islam untuk mengadudomba antar umat Islam.
Perdebatan sengit antar kedua Mazhab ini, selalu melahirkan saling menghina satu sama lainnya, seakan mereka adalah dua hal yang sangat menjijikan yang tak ingin saling bersalaman ataupun bergandeng tangan. Ingatkah mereka akan perjuangan Rasulullah untuk membangun akhlakul karimah seperti sabdanya “aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”, Rasul tidak mengatakan diutus untuk menyempurnakan iman ataupun agama tapi “akhlak”. Sebab beragama tanpa akhlak tidak akan melahirkan kehidupan yang damai, dalam menjalankan agama haruslah dengan akhlak. Akhlak tanpa agama pun kurang rasanya. Akan tetapi dalam agama tak ada paksaan, sedangkan akhlak merupakan pondasi untuk hidup dengan seluruh kalangan manusia dan merupakan keharusan.
Konflik ini tergambar dengan sangat jelas di negara Irak, kedua mazhab ini selalu bertentangan terutama dalam menduduki tampuk kekuasaan. Keduanya saling berlomba untuk menjadi nomor satu, sehingga pada akhirnya negara mereka semakin hancur dengan diturunkannya agresi militer Amerika ditanah Irak. Tidak puas dengan itu, peristiwa penindasan dengan tanpa perasaan ditanah palestina juga pertanda semakin hancurnya persatuan umat  Islam. Masjidil aqsha merupakan symbol kesucian dan kehormatan umat Islam, mungkin akan hilang dan berubah fungsi ditangan penjajah Israel.
Kuatnya pertahanan Israel diatas bumi Palestina menunjukkan sangat lemahnya mental umat Islam sebagai Umat yang terbanyak di dunia. Israel adalah kelompok kecil tetapi mereka dapat menundukkan kepala para petinggi Islam dengan mudah, hanya dengan kedipan mata pun petinggi Islam seperti Arab Saudi, Mesir dan negara Islam lainnya akan tertunduk takut pada Israel.
Melihat kondisi buruk seperti ini, mengingatkan kita pada pernyataan ulama besar Syiah Imam Khomaini, “Tidak Barat, tidak Timur serta Tidak Syiah, tidak Sunni, maka bersatulah!”. Umat Islam dari golongan Syiah pun harus menanamkan betul pernyataan imam besar mereka untuk menciptakan perdamaian umat Islam guna kekokohan agama. Dilain pihak, ulama Sunni ternama di Indonesia yakni Habib Riziq shahab seperti yang dikutip dalam majalah Syi’ar edisi Maulud 1428/ April 2007 bahwa kelompok Hamas dan Hizbullah adalah momentum persatuan Sunni-Syiah”. Dan juga dapat dilihat pernyataan Said Agiel Siradj (Syi’ar edisi Maulud 1428/ April 2007), bahwa konflik di Irak adalah rekayasa Amerika dan juga menegaskan bahwa Iran Selalu dan selamanya membela Palestina padahal di Palestina tak ada Syi’ah, semua warganya Sunni karena itu harus dipahami bahwa Iran bukan hanya untuk Syi’ah, bukan hanya untuk partai tapi untuk Islam.
Istilah Pluralitas, mungkin tidak hanya berlaku untuk seluruh agama sebagai kesatuan hidup manusia, tapi juga dalam agama Islam untuk persatuan hidup umat Islam. Mengusung istilah Pluralitas untuk perdamaian akan lebih baik demi keutuhan, daripada kebenaran dan berakibat perpecahan. Sebab jalan kebenaran menuju Tuhan tidak dengan siapa ia berjalan tapi dengan apa ia berjalan. Kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan akan dengan sendirinya mengantar manusia pada jalan kebenaran menurut akal dan logika. Yang tertinggal adalah menjalankannya dengan akhlakkul karimah.
Persatuan untuk kedua mazhab ini merupakan hal yang telah lama di usung oleh ulama-ulama besar dari kedua belah pihak. Untuk itu, bagi umat Islam janganlah lagi memperdulikan suara-suara yang mengganggu keutuhan Umat. Sebagai kelanjutan dari dakwah persatuan, majlis Ahlulbait  mengadakan pertemuan dengan seluruh kalangan Islam yang ada dinegara ini, seperti Nahdatul Ulama dan juga Muhammadiyah. Membangun kembali pondasi yang telah lama hancur agar lebih kokoh. Sudah saatnya kita membuka mata dan hati untuk melihat kondisi umat yang memprihatinkan, terjerumus dalam jurang perselisihan dan segera bangkit melawan penjajahan agama Islam.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar